Jumat, 29 Mei 2009

PERSEPULUHAN, ALKITABIAH TAPI TIDAK INJILI


Sebelum zona eksklusif Anda terusik .... 

Mengapa gereja masih memungut persembahan persepuluhan dari jemaatnya hingga saat ini? Bukankah persepuluhan adalah ketetapan TUHAN yang dikhususkan bagi kaum Lewi - termasuk para imam - untuk membalas jasa pelayanan mereka di dalam Kemah Pertemuan (Tabernakel) di tengah-tengah sebelas suku Israel, saudara-saudara mereka sendiri? 

Alkitab Perjanjian Lama mencatat bahwa perpuluhan merupakan suatu ketetapan untuk selama-lamanya turun temurun bagi bani Lewi - hingga saat ini. Lalu.... bagaimana “hak istimewa” itu telah berpindah tangan ke dalam gereja Kristen? Lebih ironis lagi, entah bagaimana kronologisnya, “upah pelayanan Tabernakel” ini telah dimonopoli oleh salah satu jawatan pelayanan gerejani atas nama TUHAN, baik “hak untuk memungut” juga “hak untuk menikmati” hasilnya.
 
 Pertanyaan berikut, apakah Yesus yang adalah satu-satunya kepala gereja telah melegitimasi dan mendelegasikan “hak pungut persepuluhan” tersebut kepada jawatan tertentu saja dan mengabaikan jawatan-jawatan pelayanan lainnya - yang notabene dipilihNya sendiri dan diberikannya pada gereja untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan? 

Dimanakah dasar pijak Injili dari mereka yang mengklaim diri sebagai “Lewi dan Israel rohani?” Apakah gereja Yesus Kristus telah diindentikkan dengan Kemah Pertemuan bangsa Israel? Jika demikian, adalah sesuatu yang lumrah jika Yesus pun berhak menerima persepuluhan dari persepuluhan sebagai persembahan khusus yang dipungut dari para “Lewi-gerejani” seperti yang diterima oleh Imam Harun, pemimpin tertinggi Tabernakel. Anda pun pasti tidak keberatan karena Yesus Kristus adalah pemegang jabatan Imam Besar sepanjang masa menurut peraturan Melkisedek. Nah, bila sudah begini maka akan timbul pertanyaan bernada konyol, “ATM Bank manakah yang dapat digunakan untuk mentransfer dana tersebut langsung ke rekening Yesus?” Sebab jika tidak segera “disetor” maka bisa terjadi manipulasi berbau korupsi oleh oknum-oknum jawatan tertentu yang ujung-ujungnya pasti merugikan misi ekspansi Kerajaan.

Pertanyaan-pertanyaan fenomenal teologis tersebut di atas mungkin juga telah menjadi kegelisahan Anda selama ini. Namun semuanya akan segera teratasi setelah Anda membaca buku ini. 

Jawaban Injili tentang permasalahan persepuluhan - yang selama ini punya andil yang signifikan dalam pertumbuhan dan perkembangan pelayanan gereja-gereja lokal dikaitkan dengan visi dan misi agung Yesus Kristus - akan Anda temui secara gamblang dan blak-blakan dalam buku ini.

Selamat membaca dan jadilah pelaku-pelaku Firman Tuhan Yesus.

SUDAH TERBIT... DAPATKAN BUKUNYA...!!
Hubungi penulis, J. Jerry Elim. HP. 085240327788 TLP. 0431 - 878542
email: jerky2911@yahoo.com



JAMINAN KESELAMATAN

KESELAMATAN
Sebab barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.
(Roma 10:13)

Keselamatan adalah pemberian cuma-cuma dari Allah, yang dibeli dengan darah Yesus dan diterima oleh iman. Keselamatan jiwa dari dosa bukanlah pemercikan air seorang bayi ataupun pembaptisan orang dewasa, bukan peneguhan sidi, bukan menjadi anggota suatu gereja dan juga bukan mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus. Keselamatan tidak diperoleh dengan hidup jujur, memperbaiki jalan hidup ataupun dengan jalan masuk gereja secara teratur. Manusia tidak bekerja pada Allah untuk memperoleh keselamatan sebagai upahnya.
Keselamatan adalah karya Allah bagi manusia. dalam Yunus 2:9b “Keselamatan adalah dari Tuhan” .
Tetapi karya keselamatan Kristus ini tidak akan memberi manfaat apapun kepada kita sampai ia diterapkan ke dalam hati dan kehidupan kita oleh Roh Kudus.

o Etimologi (Studi kata)
Soteria = safety, soundness, tanpa ada cela sama sekali. Sehat, setia, perkasa, benar. Hal-hal yang menyelamatkan atau keselamatan, salvation, deliverance.
Studi mengenai karya penebusan dalam diri umat Allah ini disebut Soteriologi, yang berasal dari dua kata Yunani, soteria dan logos, yang berarti “doktrin keselamatan.”

o Kata benda tentang penebusan dosa.
1. Arti kata pendamai  
Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya (Roma 3:25)

Dalam arti yang sebenarnya adalah : 
- Seorang pengantara mendamaikan yang murka dengan yang berdosa (Yoh.3:36).
- Seorang yang membayar harga, atau tebusan sehingga hukuman Allah ditiadakan atau dihentikan.

2. Arti kata penebusan
Dalam Perjanjian Baru Tuhan Yesus memakai istilah ini untuk dirinya : Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mark.10:45) 
Tuhan Yesus dengan rela telah menyerahkan diriNya, termasuk hidup, darah, dan nyawaNya sebagai tebusan untuk manusia.

3. Arti kata diperdamaikan
Sebelum diperdamaikan, manusia berseteru dengan Allah.
(Rom.5:10, I Kor 7:11, II Kor.5:18-20, Ef.2:16, Kol.1:22)
 Soteriologi atau “doktrin keselamatan” hanya mencakup studi mengenai penerapan berkat-berkat keselamatan di dalam diri umat Allah, dan pemulihan diri mereka sehingga diperkenan oleh Allah dan berada dalam hidup persekutuan dengan Allah di dalam Kristus. Harus dipahami bahwa penerapan ini merupakan karya Roh Kudus, walaupun harus didapatkan dengan iman. 

Ada beberapa penekanan dalam Doktrin Keselamatan antara lain :

(1) Faktor utama yang menentukan siapa yang akan diselamatkan dari dosa bukanlah keputusan orang yang bersangkutan, melainkan kedaulatan anugerah Allah – walaupun keputusan manusia ini memainkan peranan yang signifikan dalam proses tersebut.

(2) Penerapan keselamatan kepada umat Allah berakar di dalam ketetapan kekal (eternal decree) Allah, di mana berdasarkan itu Ia telah memilih umat-Nya untuk beroleh hidup yang kekal, bukan berdarkan kebaikan manusia itu, tetapi semata-mata berdasarkan kerelaan kehendak-Nya.

(3) Walaupun semua orang yang mendengar berita Injil diundang untuk menerima Kristus dan keselamatanNya, dan dengan sungguh-sungguh dipanggil untuk menerimanya, tetapi anugerah Allah yang menyelamatkan dalam arti yang sebenarnya tidak bersifat universal, tetapi partikuler tertentu), yaitu dikaruniakan hanya kepada kaum pilihan Allah (mereka yang telah dipilih-Nya di dalam Kristus untuk beroleh keselamatan).

(4) Karena itu anugerah keselamatan Allah adalah efektif dan tidak akan hilang. Akan tetapi hal ini bukan berarti orang-orang percaya, jika dibiarkan sendiri tidak akan pernah menjauh dari Allah, tetapi apa yang dimaksudkan adalah bahwa Allah tidak akan membiarkan kaum pilihan-Nya kehilangan keselamatan mereka. Karena itu, jaminan rohani orang-orang percaya tergantung terutama kepada pegangan Allah terhadap mereka, dan bukannya atas pegangan mereka kepada Allah.

(5) Walaupun penerapan keselamatan dalam diri umat Allah meliputi berbagai aspek kehendak dan karya manusia – selain regenerasi dalam pengertian sempit – akan tetapi penerapan ini terutama adalah karya Roh kudus.
Manusia bukan hanya ciptaan yang secara mutlak bergantung kepada Allah yang berdaulat, tetapi juga pribadi yang membuat keputusan yang bertanggung jawab. Kombinasi ketergantungan mutlak dan kebebasan memilih ini membentuk inti dari misteri manusia. Bagaimana pandangan manusia ini mempengaruhi pemahaman kita mengenai proses keselamatan? Walaupun Allah harus meregenerasi manusia dan memberikan kepada mereka kehidupan rohani yang baru, tetapi orang-orang percaya memiliki tanggung jawab di dalam proses keselamatan mereka : dalam memepergunakan iman mereka dalam pengudusan dan ketekunan mereka. Paulus memberikan pernyataan klasik mengenai “kejadian yang misterius” dari karya Allah maupun kita ini di dalam Flilipi 2:12-13, “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.”

o Makna Keselamatan

Diselamatkan adalah menunjukan seseorang terlepas :
- dari tempat kejatuhannya kembali ke posisi semula
- dari kuasa dosa lalu mendapatkan kesucian
- dari kuasa maut lalu mendapatkan hidup
- dari kedudukannya yang bermusuhan dengan Allah dan mendapatkan kedudukannya yang berdamai
- dari kedudukan sebagai hamba dan mendapat kedudukan sebagai anak
- dari kegelapan berpaling kepada terang

hal itu merupakan suatu pemindahan kedudukan dan hasil semacam ini disebut diselamatkan. Orang ini dapat diselamatkan bukan karena jasanya sendiri melainkan seluruhnya adalah karena cinta kasih si penyelamat. Anugerah semacam ini disebut keselamatan.

Seseorang dapat diselamatkan atau tidak semuanya tergantung pada sikap pengenalan dan kepercayaannya terhadap juruselamat, selain itu dia juga harus mengenal dengan jelas keadaannya sendiri serta ketidakmampuannya untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
Diselamatkan adalah bersifat pribadi dan tergantung pada bagaimana kepercayaannya terhadap Tuhan, kepercayaan ini berakibat tindakan. Dengan tindakan ini telah membuktikan imannya, keduanya saling melengkapi dan berjalan bersama sampai kepada keadaan yang sempurna.

o Rahasia Keselamatan
Yoh.3:3 “Yesus menjawab, katanya,”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.”
 Yesus memakai ungkapan yang khusus, dilahirkan kembali, untuk melukiskan pertobatan. Perkataan itu secara harfiah berarti dilahirkan dari atas.

 Yoh.3:3-8. “ Kata Nikodemus kepadaNya, “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” 5.Jawab Yesus, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. 6.Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh , adalah roh. 7.Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. 8.Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh”

 Pada Penciptaan, Allah mengambil debu tanah dan membentuk manusia. Tetapi ciptaan itu tidak bernyawa, tidak hidup, terbaring tanpa bergerak. Tetapi Allah menghembuskan nafas hidup ke dalam makhlukNya itu, dan manusia menjadi jiwa yang hidup. Manusia yang mati karena dosa memerlukan Tuhan yang sama menghembuskan hidup rohani ke dalam dirinya.

 Kelahiran baru adalah penciptaan kembali seorang manusia secara rohani. Alkitab menggambarkan orang yang demikian sebagai suatu ciptaan baru dalam Kristus untuk melakukan pekerjaan baik. Yaitu berpindah dari kematian ke dalam hidup. Hal-hal yang lama sudah berlalu dan segala sesuatu menjadi baru.

 Pekerjaan Roh Kudus dalam kelahiran baru itu sukar dipahami; hal itu melampaui daya pengamatan manusia. Yesus memakai suatu lukisan yang sederhana untuk menerangkan kelahiran baru. Kita tak dapat melihat angin, tetapi kita melihat akibat-akibatnya. Mengenai asalnya kelahiran baru adalah seperti angin. “Engkau tidak tahu dari mana ia datang”, dan “ke mana ia pergi” juga merupakan rahasia. Demikian pula halnya, oleh kelahiran baru, “Sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diriNya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaanNya yang sebenarnya” (I Yoh 3:2). Kegiatan Roh Kudus yang tidak kelihatan dalam kelahiran baru sangat nyata seperti yang dikatakan Yesus, “Engkau mendengar bunyinya.”
Kita tak dapat mengerti bagaimana seorang dilahirkan kembali, tetapi ada banyak bukti yang kelihatan tentang perbuatan ilahi ini dalam hidup seorang yang sudah bertobat.




TUAIAN GLOBAL

TUAIAN GLOBAL
Tantangan Para Penuai Era Globalisasi

Eksistensi kehidupan kristiani akhir zaman yang syarat tantangan, semakin diuji kualitas kasih & imannya. Khususnya di Indonesia, yang hampir dapat disebut sebagai “biang konflik horisontal” baik dalam bidang sosial, ekonomi & politik, sangat berpengaruh terhadap kehidupan bergereja. Masalah HAM, bentrok antar etnis/suku, isue SARA sudah “menjalar” bak “kanker ganas” stadium akhir yang memporak-poranda sendi-sendi kehidupan bermasyarakat hampir di seluruh tanah air. Pemberantasan KKN hanyalah slogan para penguasa yang tidak pernah jemu-jemu menipu rakyat. Mereka yang menyebut dirinya “pakar” pun tidak mampu mempersempit jurang antara si kaya & si miskin (konglomerat & “kolongmelarat”) yang semakin menganga. Lilitan hutang luar negeri menjadikan Indonesia tercinta ini seperti “mumi Firaun” yang diawetkan dalam krisis moneter. Daftar panjang penderitaan anak bangsa semakin lengkap dengan hadirnya “OTDA” – Otonomi Daerah. Berbagai komponen bangsa mulai “menggeliat” berusaha bangkit & melepaskan diri dari situasi yang semacam ini. Tokoh-tokoh masyarakat & agama bersikukuh merajut kembali pilar-pilar persatuan bangsa yang terkoyak hampir ambruk. 

Kehidupan ke-kristenan pun semakin tertantang untuk tetap menebar kasih Kristus kepada semua orang di tengah-tengah tekanan & bahkan aniaya yang sementara berlangsung. (Roma 12:14-20; Lukas 6:27-28). Bahkan ditengah-tengah himpitan dan keadaan yang serba tidak menentu inilah gereja Tuhan diberi visi & misi untuk mengubahnya menjadi ladang penuaian. Tuhan Yesus berkata :”Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai”. (Yohanes 4:34b). Dan lagi Ia (Yesus) berkata : “Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka” (Yohanes 4:38). Kristus yang kita sembah adalah TUHAN yang jauh lebih besar dari masalah & tekanan yang kita hadapi. Yesus Kristus sanggup mengubah tekanan menjadi sukacita penuaian bagi para penuai. Gereja Tuhan akhir zaman sangat diharapkan peran sertanya untuk mengubah “ladang permasalahan” menjadi “ladang penuaian global” melalui jawatan-jawatan pelayanan (5 jawatan pelayanan) yang diberikan Tuhan. Ke 5 (lima) jawatan tersebut adalah Rasul, Nabi, Penginjil, Gembala, Guru (Efesus 4:11). Jawatan-jawatan ini saling melengkapi & tidak terpisahkan dalam pelayanan tubuh Kristus (Efesus 4:12-16). 
 
Gereja-gereja (secara utuh tanpa membedakan merk/denominasi) haruslah sehati-sepikir dalam mengemban misi Kristus lewat mega-proyek, penuian global. Gereja-gereja haruslah memiliki kesamaan visi penuaian jiwa-jiwa baru dan bukan saling melihat kebenaran diri sendiri sambil menuding kekurangan yang lain. Gereja seringkali kehilangan warna pelayanan kasih karena sibuk menyepelekan hal-hal yang prinsip dan menjadikan suatu prinsip hal-hal yang sepele. Kerapkali Gereja dengan sangat gigih memperjuangkan kebenaran dogmanya daripada mempertahankan doktrin Alkitabiah. Kini saatnya, gereja-gereja Tuhan (para pemimpin gereja) menghilangkan “akar kepahitan” yang hanya ingin “menang sendiri” dan bersatupadu dalam kasih Kristus untuk menyongsong tuaian global akhir zaman (Yohanes 17:21). Gereja haruslah bisa memproduksi tenaga-tenaga penuai yang handal dalam kebun anggurnya Kristus (Yohanes 15:5). Para penuai, lebih khusus lagi hamba-hamba Tuhan (mereka yang terpanggil untuk menerima jawatan-jawatan pelayanan), belumlah cukup bila hanya membekali diri dengan pelajaran Teologi tetapi haruslah juga memperlengkapinya dengan ilmu pengetahuan & teknologi plus ketrampilan-ketrampilan umum (mis. bahasa Inggris, Komputer, Pertukangan, Kerajinan Tangan, dll), sehingga dapat survive dan menjadi daya tarik tersendiri dalam pelayanan. 
Ke 5 jawatan tersebut di atas haruslah mendapat bagian yang seimbang dalam pelayanan jemaat dan masyarakat. Dalam artian luas, janganlah fokus pelayanan hanya bertumpu pada jawatan gembala. Beberapa Sekolah Teologia ataupun Sekolah Alkitab hanya dapat menghasilkan tenaga-tenaga penggembalaan tanpa dapat mem-filternya untuk di share kepada 4 jawatan lainnya. Sepertinya setiap siswa Sekolah Alkitab / mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia secara terus-menerus dibentuk untuk menjadi pendeta atau gembala yang baik. Akibatnya sering terjadi “timbunan” gembala tanpa “domba” (jemaat-red) yang kerjanya suka “nyelonong” ke ladang penggembalaan orang lain. Marilah, kita semua (terutama pihak sekolah Alkitab/Sekolah Tinggi Teologia) lebih jeli melihat panggilan pelayanan yang diberikan Tuhan. Untuk mereka, yang sementara dipersiapkan menjadi penuai, bertanyakanlah senantiasa kepada Kristus yang adalah Kepala Gereja Agung, jawatan apakah yang diberikan kepada saya ? Sebagai hamba-hamba/pelayan-pelayan Tuhan ataupun mereka yang sementara dididik di sekolah-sekolah Alkitab & sekolah-sekolah Teologia, marilah kita senantiasa taat melaksanakan fungsi jawatan yang Tuhan berikan dan bukan yang kita inginkan (1 Korintus 12:28-29a). Janganlah “memaksakan diri” mengemban jawatan yang sebenarnya bukan dikaruniakan kepada kita (tidak terpanggil/dikaruniakan jawatan sebagai seorang “Gembala”, tetapi memaksakan diri untuk mengemban tugas penggembalaan dalam jemaat).
Di sisi lain, pesatnya perkembangan teknologi dan media informasi dalam memasuki pasar bebas tahun 2003 pun dapat menimbulkan tendensi pesimisitis tersendiri bila dibandingkan dengan peranan gereja dalam mempersiapkan jemaat, lebih khusus lagi para Penuai. Bahkan bila dicermati secara logis, bukan hanya tantangan spritual tetapi tantangan intelektual rasionil yang harus lebih diantisipasi/disikapi. Iman kristiani bukan hanya digunakan untuk membentengi serangan musuh yaitu si Iblis terhadap hati manusia (Efesus 6:16), tetapi harus juga digunakan untuk mengerti dalam akal budi strategi pelayanan pekerjaan Tuhan (I Petrus 1:13). Terkadang para penuai Kristen hanya bisa “mengais” sisa-sisa penuaian dari orang lain karena kalah bersaing dalam IPTEK dan ketrampilan penunjang lainnya (Efesus 5:17). Oleh karenanya, melalui tulisan ini saya menghimbau kepada Gembala Sidang, Guru-guru Sekolah Alkitab, para Pemimpin Gereja bahkan Usahawan-usahawan/Profesi Kristen yang telah diberkati & diurapi Tuhan, kiranya pro-aktif dalam filterisasi jawatan pelayanan pekerjaan Tuhan agar semuanya dapat terakomodasi dengan baik bagi terwujudnya tuaian global di akhir zaman ini. Puji Tuhan.
Penulis adalah pemerhati masalah-masalah interdenominasi gereja.


Pengikut